Kepemimpinan dan pembahasan tipe
kepemimpinan yang sesuai dengan situasi-situasi tertentu sampai ke kepemimpinan
yang dilihat dari bagaimana dia berinteraksi dengan orang lain dan mampu
membawa pengikutnya menghadapi perubahan dan berubah.
Seorang pemimpin harus mempunyai
pengetahuan, keterampilan, dapat menganalisa informasi secara mendalam untuk
mengambil suatu keputusan yang tepat, dia juga harus bisa melibatkan
pihak-pihak yang tepat dalam proses pengambilan keputusan. Seorang pemimpin
yang efektif adalah seseorang yang dapat menciptakan situasi yang menginspirasi
para pengikutnya agar mencapai tujuan yang lebih baik dan lebih tinggi lagi
dari keadaan sekarang. Pada kenyataannya seorang pemimpin yang efektif adalah
orang yang mampu membaca situasi, mengatasi permasalahan, bertanggung-jawab,
mau mengembangkan pengikutnya dan yang terpenting memiliki integritas dan etika
yang baik, karena dia harus memberikan contoh atau bertindak sebagai panutan
bagi pengikutnya.
Baik pemimpin yang situasional atau
struktural, formal atau informal, mereka sama-sama selalu dituntut untuk
memiliki karakteristik ‘kepemimpinan yang efektif’ yang dapat membawa
organisasinya ke situasi yang lebih baik, mencapai hasil yang diinginkan,
mendahulukan kepentingan organisasi diatas kepentingan pribadinya, selalu dapat
menguasai keadaan bahkan dalam situasi yang terburukpun, dan beragam
karakteristik lainnya; atau sebaliknya bila dia tidak bisa atau dianggap tidak
mampu menunjukkan karakteristik kepemimpinan yang efektif maka organisasinya
tidak dapat secara efektif mencapai atau menuju hasil yang diinginkan atau
bahkan dia akan digantikan atau tergantikan oleh pemimpin yang lain.
Kasus
1
Drs. Hartoyo telah menjadi
manajer tingkat menengah dalam departemen produksi suatu perusahaan kurang
lebih 6 bulan. Hartoyo bekerja pada perusahaan setelah dia pensiun dari
tentara. Semangat kerja departemennya rendah sejak dia bergabung dalam perusahaan.
Beberapa dari karyawan menunjukan sikap tidak puas dan agresif.
Pada jam istirahat makan siang,
Hartoyo bertanya pada Drs. Abdul Hakim, ak, manajer departemen keuangan, apakah
dia mengetahui tentang semangat kerja yang rendah dalam departemen produksi. Abdul
Hakim menjawab bahwa dia telah mendengar secara informal melalui komunikasi “grapevine”,
bahwa para karyawan Hartoyo merasa tidak senang dengan pengambilan semua
keputusan yang dibuat sendiri olehnya. Dia (Hartoyo) menyatakan, “Dalam
tentara, saya membuat semua keputusan untuk bagian saya, dan semua bawahan
mengharapkan saya untuk berbuat seperti itu.”
Pertanyaan
Kasus :
1.
Gaya
kepemimpinan macam apa yang digunakan oleh Hartoyo? Bagaimana keuntungan dan kelemahannya?
Bandingkan motivasi bawahan Hartoyo sekarang dan dulu sewaktu di tentara.
2.
Konsekuensinya
apa, bila Hartoyo tidak dapat merubah gaya kepemimpinannya? Apa saran saudara
bagi perusahaan untuk merubah keadaan?
Jawaban
Kasus :
1. Kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah
pencapaian tujuan.
Namun, dalam kasus ini Hartoyo gaya kepemimpinan yang dipakai Hartoyo adalah gaya
dengan orientasi tugas. Gaya kepemimpinan ini secara dominan berpengaruh
terhadap kinerja dan kepuasan kerja dan motivasi berprestasi karyawan.
Seharusnya kepemimpinan Hartoyo menerapkan gaya kepemimpinan berorientasi
karyawan lebih dominan di bandingkan dengan gaya kepemimpinan berorientasi
tugas agar dapat meningkatkan motivasi berprestasi karyawan. Dan lebih
memperhatikan kepentingan karyawan juga untuk mencapai tujuan mereka.
Hartoyo juga menggunakan
tipe kepemimpinan otoriter, yaitu tipe pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan
kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Pada tipe
kepemimpinan otoriter ini, pemimpin mengendalikan semua aspek kegiatan.
Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang ingin dicapai dan cara untuk
mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama maupun sasaran minornya.
- Keuntungan dalam menggunakan tipe kepemimpinan otoriter : Bawahan tidak perlu memikirkan apapun, bawahan cukup melaksanakan apa yang telah menjadi keputusan dari pemimpin/atasan.
- Kelemahan dalam menggunakan tipe kepemimpinan otoriter : Semua aspek kegiatan dalam perusahaan dikendalikan oleh pemimpin/atasan, sehingga apabila ada suatu masalah dalam perusahaan tersebut semuanya hanya tergantung pada pimimpin dan bawahan tidak boleh ikut campur dalam pengambilan keputusan. Serta menjadi kurang adanya kerjasama dalam perusahaan tersebut.
Pebandingan motivasi bawahan Hartoyo
sekarang dan dulu sewaktu di tentara:
Dalam membangun sebuah perusahaan
diperlukan kerjasama antara pemimpin dengan bawahan. Namun, bawahan Hartoyo yang sekarang
ingin ikut dalam membangun perusahaan
tersebut secara bersama-sama agar tercapainya sebuah tujuan. Sedangkan bawahan
hartoyo sewaktu di tentara merupakan anggota yang memiliki kompetensi rendah
tapi komitmennya tinggi. Sehingga mereka membutuhkan tipe kepemimpinan yang
otoriter.
2. Apabila Hartoyo tidak dapat merubah
gaya kepemimpinannya, perusahaan tersebut dapat mengalami gulung tikar, apabila
seorang pimimpin hanya mengutamakan keputusan sendiri tanpa menerima saran dari
bawahan.
Saran saya, sebaiknya Hartoyo dapat merubah gaya
kepemimpinan otoriternya dengan gaya kepemimpinan demokratis, yaitu gaya
pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada
permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam
gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas
serta tanggung jawab para bawahannya. Pada kepemimpinan demokrasi, anggota
memiliki peranan yang lebih besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya
menunjukkan sasaran yang ingin dicapai saja, tentang cara untuk mencapai
sasaran tersebut, anggota yang menentukan. Selain itu, anggota juga diberi
keleluasaan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Kepemimpinan
demokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi tinggi dengan komitmen
yang bervariasi. Sehingga Hartoyo akan mudah untuk mencapai tujuan
perusahaannya apabila merubah gaya kepemimpinannya dengan gaya kepemimpinan
demokratis .