Pengertian Kalimat Efektif
Dalam
berkomunikasi dengan orang lain, kita mengenal bahasa lisan dan bahasa tulisan.
Kedua bahasa ini sering menimbulkan kesalahpahaman. Penggunaan kalimat yang
baik dan benar (yang disebut kalimat efektif) akan memudahkan pemahanam orang
lain sehingga kesalahpahaman yang sering terjadi dapat terhindarkan.
Untuk menjadikan kalimat yang
diucapkan atau ditulis mudah dimengerti oleh orang lain, ada dua syarat yang
harus dipenuhi. Pertama, kalimat tersebut secara tepat dapat mewakili gagasan
atau perasaan pembicara atau penulis. Kedua, kalimat tersebut sanggup
menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca
seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat menjelaskan maksud dari seseorang agar mudah
dipahami oleh orang lain.
Kalimat efektif harus mewakili dua
hal :
- Secara tepat mewakili gagasan penulis atau pembicaranya.
- Menimbulkan gambaran yang sama antara penulis dengan pembaca atau pembicara dengan pendengar.
Ciri-ciri:
- Memiliki kesatuan gagasan atau ide pokok.
- Menggunakan kata atau frase imbuhan yang memiliki kesamaan.
- Tidak menggunakan kata-kata yang tidak perlu. 4. Memberikan penekanan pada bagian-bagian yang penting.
Syarat-Syarat Kalimat Efektif
1. Kesatuan Gagasan
Kesatuan
gagasan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Kesatuan
gagasan memiliki subyek, predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling
mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
Contoh:
Berdasarkan agenda sekretaris
manajer personalia akan memberi pengarahan kepada pegawai baru.
2. Keparalelan Atau Kesejajaran
Keparalelan
atau kesejajaran bentuk adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya,
sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat. Memiliki
kesamaan bentukan/imbuhan. Bila bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua
dan seterusnya juga harus menggunakan nomina. Maksudnya jika bagian kalimat itu
menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus
menggunakan di- pula.
Contoh: Kakak menolong anak itu
dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki
kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif,
yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni
menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah menjadi :
1. Kakak menolong anak itu dengan
memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan
dipapahnya ke pinggir jalan.
3. Kehematan
Kehematan
adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu, sehingga kata dalam
sebuah kalimat menjadi lebih padat dan berisi. Penggunaan kata yang berlebih
hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Menghemat kata dapat dilakukan
dengan cara:
- Menghilangkan pengulangan
subyek.
Contoh : Karena ia tak diundang, dia
tidak datang ke pesta itu.
Mestinya menggilangkan kata ia.
- Menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata.
Contoh: Mira adalah gadis yang
memakai baju warna merah.
Mestinya menggilangkan kata warna.
- Menghindarkan kesinoniman
dalam satu kalimat.
Contoh: Jangan naik ke atas
karena licin.
Mestinya menghilangkan kata ke atas.
- Kehematan dengan tidak
menjamakkan kata yang sudah jamak.
Contoh : Ia mengambil semua
jeruk-jeruk yang masih ada di meja.
4. Penekanan
Penekanan
merupakan perlakuan khusus pada kata tertentu dalam kalimat sehingga
berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan. Kalimat yang
dipentingkan harus diberi penekanan.
Ada beberapa cara penekanan dalam
kalimat:
- Mengubah posisi dalam
kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini
dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami
berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
- Menggunakan partikel;
penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung
jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan
itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
- Menggunakan repetisi, yakni
dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami
istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan
rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan
lainnya.
- Menggunakan pertentangan, yakni
menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian
kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi
rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan
yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
5.Kevariasian
Untuk
menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam
teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada
kalimat yang pendek dan panjang.
A. Variasi dalam pembukaan kalimat
Ada
beberapa kemungkinan untuk memulai kalimat demi efektifitas, yaitu dengan
variasi pada pembukaan kalimat. Dalam variasi pembukaan kalimat, sebuah kalimat
dapat dimulai atau dibuka dengan :
- Frase keterangan (waktu, tempat, cara)
- Frase Benda
- Frase Kerja
- Partikel Penghubung
Contoh:
- Mang Usil dari kompas menganggap hal ini sebagai suatu isarat sederhana untuk bertransmigrasi (Frase benda).
- Dibuangnya jauh-jauh pikiran yang menghantuinya selama ini (Frase Kerja).
- Karena bekerja terlalu berat dia jatuh sakit (frase Penghubung).
B. Variasi dalam pola kalimat
Untuk
efektifitas kalimat dan untuk menghindari suasana menoton yang dapat
menimbulkan kebosanan, pola kalimat subjek – Predikat – Objek dapat diubah
menjadi predikat – objek – Subjek atau yang lainnya.
Contoh :
- Dokter muda itu belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju. (S – P- O).
- Belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju doktEr muda itu. (P – O – S).
- Dokter muda itu oleh masyarakat desa Sukamaju belum dikenal. (S – O – P).
C. Variasi dalam jenis kalimat
Untuk
mencapai efektifitas sebuah kalimat berita atau pertanyaan, dapat dikatakan
dalam kalimat Tanya atau kalimat perintah. Perhatikan contoh berikut.
…………………..Presiden SBY sekali lagi
menegaskan perlunya kita lebih hati-hati memamakai bahan baker dan energi dalam
negeri. Apakah kita menangkap peringatan tersebut?
Dalam kutipan tersebut terdapat satu
kalimat yang dinyatakan dalam bentuk Tanya. Penulis tentu dapat mengatakannya
dalam kalimat berita. Akan tetapi untuk mencapai efektifitas, ia memakai
kalimat Tanya.
D. Variasi bentuk aktif-pasif
Perhatikan contoh berikut!
- Pohon pisang itu cepat tumbuh. Kita dengan mudah dapat menanamnya dan memeliharanya. Lagi pula kita tidak perlu memupuknya. Kita hanya menggali lubang, menanam, dan tinggal menunggu buahnya.
Bandingkan dengan kalimat berikut!
- Pohon pisang itu cepat tumbuh. Dengan mudah pohon pisang itu dapat ditanam dan dipelihara. Lagi pula tidak perlu dipupuk kita hanya menggali lubang, menanam dan tinggal menunggu buahnya.
Kalimat-kalimat pada paragaf pertama
semuanya berupa kalimat aktif, sedangkan pada paragraph kedua berupa kalimat
aktif dan pasif. Dapat dikatakan, bahwa kalimat-kalimat pada paragraf pertama
tidak bervariasi sedangkan paragraf kedua bervariasi, namun hanya variasi aktif
– pasif.
Daftar Pustaka
http://blog.penulispro.com/penulisan-kalimat-efektif-dalam-bahasa-indonesia
http://rororizky.blogspot.com/2012/10/tugas-bahasa-indonesia-kalimat-efektif.html
0 comments:
Post a Comment