Friday 7 November 2014

Kalimat Efektif



Pengertian Kalimat Efektif

Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita mengenal bahasa lisan dan bahasa tulisan. Kedua bahasa ini sering menimbulkan kesalahpahaman. Penggunaan kalimat yang baik dan benar (yang disebut kalimat efektif) akan memudahkan pemahanam orang lain sehingga kesalahpahaman yang sering terjadi dapat terhindarkan.
Untuk menjadikan kalimat yang diucapkan atau ditulis mudah dimengerti oleh orang lain, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, kalimat tersebut secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. Kedua, kalimat tersebut sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menjelaskan maksud dari seseorang agar mudah dipahami oleh orang lain.

Kalimat efektif harus mewakili dua hal : 
  1. Secara tepat mewakili gagasan penulis atau pembicaranya.
  2. Menimbulkan gambaran yang sama antara penulis dengan pembaca atau pembicara dengan pendengar. 
Ciri-ciri: 
  1. Memiliki kesatuan gagasan atau ide pokok. 
  2. Menggunakan kata atau frase imbuhan yang memiliki kesamaan. 
  3. Tidak menggunakan kata-kata yang tidak perlu. 4. Memberikan penekanan pada bagian-bagian yang penting.

Syarat-Syarat Kalimat Efektif

1. Kesatuan Gagasan

Kesatuan gagasan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Kesatuan gagasan memiliki subyek, predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
Contoh:
Berdasarkan agenda sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan kepada pegawai baru.

2. Keparalelan Atau Kesejajaran

Keparalelan atau kesejajaran bentuk adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat. Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Bila bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan nomina. Maksudnya jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Contoh: Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah menjadi :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

3. Kehematan

Kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu, sehingga kata dalam sebuah kalimat menjadi lebih padat dan berisi. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Menghemat kata dapat dilakukan dengan cara:
-  Menghilangkan pengulangan subyek.
Contoh : Karena ia tak diundang, dia tidak datang ke pesta itu.
Mestinya menggilangkan kata ia.
-  Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Contoh: Mira adalah gadis yang memakai baju warna merah.
Mestinya menggilangkan kata warna.
-  Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Contoh:  Jangan naik ke atas karena licin.
Mestinya menghilangkan kata ke atas.
-  Kehematan dengan tidak menjamakkan kata yang sudah jamak.
Contoh : Ia mengambil semua jeruk-jeruk yang masih ada di meja.

4. Penekanan

Penekanan merupakan perlakuan khusus pada kata tertentu dalam kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan. Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.

Ada beberapa cara penekanan dalam kalimat:
-  Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.

Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
-  Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.

Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
-  Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.

Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
- Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.

Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.

5.Kevariasian

Untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada kalimat yang pendek dan panjang.

A. Variasi dalam pembukaan kalimat

Ada beberapa kemungkinan untuk memulai kalimat demi efektifitas, yaitu dengan variasi pada pembukaan kalimat. Dalam variasi pembukaan kalimat, sebuah kalimat dapat dimulai atau dibuka dengan :

  1. Frase keterangan (waktu, tempat, cara)
  2. Frase Benda
  3. Frase Kerja
  4. Partikel Penghubung

Contoh:

  1. Mang Usil dari kompas menganggap hal ini sebagai suatu isarat sederhana untuk bertransmigrasi (Frase benda).
  2. Dibuangnya jauh-jauh pikiran yang menghantuinya selama ini (Frase Kerja).
  3. Karena bekerja terlalu berat dia jatuh sakit (frase Penghubung).

B. Variasi dalam pola kalimat

Untuk efektifitas kalimat dan untuk menghindari suasana menoton yang dapat menimbulkan kebosanan, pola kalimat subjek – Predikat – Objek dapat diubah menjadi predikat – objek – Subjek atau yang lainnya.

Contoh :

  1. Dokter muda itu belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju. (S – P- O).
  2. Belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju doktEr muda itu. (P – O – S).
  3. Dokter muda itu oleh masyarakat desa Sukamaju belum dikenal. (S – O – P).

C. Variasi dalam jenis kalimat

Untuk mencapai efektifitas sebuah kalimat berita atau pertanyaan, dapat dikatakan dalam kalimat Tanya atau kalimat perintah. Perhatikan contoh berikut.

…………………..Presiden SBY sekali lagi menegaskan perlunya kita lebih hati-hati memamakai bahan baker dan energi dalam negeri. Apakah kita menangkap peringatan tersebut?

Dalam kutipan tersebut terdapat satu kalimat yang dinyatakan dalam bentuk Tanya. Penulis tentu dapat mengatakannya dalam kalimat berita. Akan tetapi untuk mencapai efektifitas, ia memakai kalimat Tanya.


D. Variasi bentuk aktif-pasif

Perhatikan contoh berikut!

  • Pohon pisang itu cepat tumbuh. Kita dengan mudah dapat menanamnya dan memeliharanya. Lagi pula kita tidak perlu memupuknya. Kita hanya menggali lubang, menanam, dan tinggal menunggu buahnya.

Bandingkan dengan kalimat berikut!

  • Pohon pisang itu cepat tumbuh. Dengan mudah pohon pisang itu dapat ditanam dan dipelihara. Lagi pula tidak perlu dipupuk kita hanya menggali lubang, menanam dan tinggal menunggu buahnya.

Kalimat-kalimat pada paragaf pertama semuanya berupa kalimat aktif, sedangkan pada paragraph kedua berupa kalimat aktif dan pasif. Dapat dikatakan, bahwa kalimat-kalimat pada paragraf pertama tidak bervariasi sedangkan paragraf kedua bervariasi, namun hanya variasi aktif – pasif.










Daftar Pustaka

http://blog.penulispro.com/penulisan-kalimat-efektif-dalam-bahasa-indonesia
http://rororizky.blogspot.com/2012/10/tugas-bahasa-indonesia-kalimat-efektif.html

0 comments:

Post a Comment